Note: this is an overdue post about our UK trip back in 2016
People said that winter arrives with style in London each year. After the British summer experience we had the year before, this time around we were lucky enough to be able to experience the winter wonderland. Christmas itself was a magical time around the nation, but London came full swing with festivities during this time of the year. Christmas decoration basically everywhere, giant Christmas trees, ice rinks, Christmas lights, Hyde Park Winter Wonderland, we saw it all during our time there. The only thing that was missing was the cold freezing weather.
People said that winter arrives with style in London each year. After the British summer experience we had the year before, this time around we were lucky enough to be able to experience the winter wonderland. Christmas itself was a magical time around the nation, but London came full swing with festivities during this time of the year. Christmas decoration basically everywhere, giant Christmas trees, ice rinks, Christmas lights, Hyde Park Winter Wonderland, we saw it all during our time there. The only thing that was missing was the cold freezing weather.
Karena di prakiraan cuaca untuk musim dingin di London menyebutkan bahwa musim dingin kali ini bisa lebih dingin dari tahun lalu, dan di akhir November si oom yang tinggal di sana udah bilang kalau suhu mulai turun drastis, maka mau gak mau saya pun memenuhi koper kami dengan jaket tebal, syal, kaus dalam thermal, dan boots. Gak mau sok tahan dingin, orang waktu summer aja saya tetep jaketan di sana. Ternyata oh ternyata, winter kali ini adalah winter terhangat di Inggris sejak abad 17. Jadi, selama kami di sana, kecuali langit yang memang cepat gelap, suhunya hanya sedikit lebih dingin dari suhu paling rendah waktu summer lalu. Kami bahkan sempat merasakan langit biru cerah selama beberapa hari.
Anak-anak emang agak kecewa gak berhasil liat salju walau udah nyari sampai ke Snowdonia. Tapi selain itu (dan kenyataan sia-sia bawa koper berat isi baju ekstra tebal), winter di Inggris jadi lebih menyenangkan. Bisa menikmati lampu-lampu natal dan keriaan musim dingin lainnya tanpa harus menderita kedinginan. Keliling London jadi makin pol karena gak tertahan udara menggigit. At the end of the day, it really was the season to be jolly after all. Fa la la la la. :)
Obviously, when I said warm I didn't mean that we could go out without any jacket or have a picnic at the park. It was still pretty cold, but more windy cold than freezing cold. Nothing a jacket and a shawl couldn't handle. Most days we just woke up when we want and decided what we were going to do that very day over breakfast. Yes, we did got a list of places that we would love to visit, but no particular itinerary. Like the day we decided to finally paid a proper visit to the Natural History Museum.
Ketika keluar dari tunnel, ternyata di depan museum ada ice rink besar. Pas banget mau mulai sesi baru. Jadi kami 'nyangkut' dulu 1 jam di sama, nurutin Aira Aidan yang pengen ice skating di ice rink yang bukan di dalam mall, lengkap dengan pohon natal besar di tengahnya dan lampu-lampu. Bagian depan museum yang kece banget jadi background-nya. Tsakep, lah! Kalau pakai itinerary kan rasanya jadi dikejar-kejar waktu dan gak bisa impulsif melakukan sesuatu kayak gitu. Jalan-jalan 'asal' rasanya lebih pas untuk kami.
Ketika keluar dari tunnel, ternyata di depan museum ada ice rink besar. Pas banget mau mulai sesi baru. Jadi kami 'nyangkut' dulu 1 jam di sama, nurutin Aira Aidan yang pengen ice skating di ice rink yang bukan di dalam mall, lengkap dengan pohon natal besar di tengahnya dan lampu-lampu. Bagian depan museum yang kece banget jadi background-nya. Tsakep, lah! Kalau pakai itinerary kan rasanya jadi dikejar-kejar waktu dan gak bisa impulsif melakukan sesuatu kayak gitu. Jalan-jalan 'asal' rasanya lebih pas untuk kami.
Setelah sesi skating selesai baru kami masuk ke dalam museum. Ini museum yang pas banget untuk bawa anak segala umur. Seru, menarik, keren. Walau soal tampilan diorama, Museum Satwa di Batu Malang juga sama kece, menurut saya. Tapi ya itu, yang ini lebih informatif dan interaktif buat anak-anak. Luangkan waktu agak lama kalau mau mengunjungi Natural History Museum ini. Karena tempatnya besaaaar dan sambung-menyambung. Yang dulu sempat saya intip sama Aira rupanya hanya sebagian kecil dari wing belakang museum.
Dari sana kami menyusuri jalan saja, sampai akhirnya ketemu Harrod's yang kemudian kami masuki karena Aidan pengen lihat mainan. Disambung dengan mampir makan Wok to Walk di Oxford Street kemudian menyapa Carnaby Street yang selalu menyenangkan. Kali ini dekorasinya makin seru dengan Christmas bulbs raksasa dimana-mana. Sebelum pulang kami mampir di Amorino Gelato, karena gak peduli panas atau dingin, anak-anak happy kalau dikasih gelato.
Di hari lainnya kami sedang di dalam bis yang ternyata lewat di depan Sherlock Holmes Museum. Tentunya kami langsung turun di halte dekat situ dan mampir sebentar. Padahal tujuan utamanya adalah HMV di Oxford Street. Sherlock Holmes Museum ini gak besar, tapi untuk penggemar buku, film, atau serialnya, boleh lah mampir ke sini. Alamatnya tentu saja di 221b Baker Street, the world's most famous addressad. Kalaupun gak mau masuk ke museumnya yang ada di lantai bawah, bisa lihat-lihat toko souvenir di lantai dasar saja. Tepat di sebelah 'rumah' Sherlock Holmes ini ada tokonya Mrs. Hudson, Hudson's Old English Restaurant. Ada mbak-mbak dengan baju maid yang bulak-balik dari toko sebelah ke museum shop dan selalu in character, semacam gimmick gitu.
Suatu hari lainnya tujuan kami hanya ingin melihat London Bridge, yang ternyata berbeda dengan Tower Bridge. Tower Bridge adalah jembatan dengan dua menara di sisi kiri dan kanan, yang bisa diangkat ketika ada kapal besar mau lewat. Letaknnya di dekat Tower of London. Sementara London Bridge beda lagi, gak ada menaranya dan wujudnya biasa saja. Jadi kami ganti tujuan ke Tower Bridge dulu baru kemudian lihat London Bridge (demi karena ada lagunya.. hahaha) dari kapal.
Langit abu-abu dan gerimis kecil selama kami di area Tower Bridge. London banget, lah. Kami memutuskan untuk naik kapal menyusuri River Thames, yang gak kesampaian dilakukan saat trip summer karena Aidan memilih untuk naik London Eye. Ternyata memang kalau mau lihat-lihat daerah di sepanjang River Thames lebih menarik naik kapal saja, bukan dari London Eye. Lebih murah pula. Kapal yang kami naiki berhenti di London Eye kemudian akan kembali lagi ke Tower Bridge. Kami memutuskan untuk tidak turun di sana sehingga kapal membawa kami kembali ke arah kami datang dan lalu kami turun di Millennium Bridge. Tentu saja kami harus menyebrangi Millennium Bridge, bukan? Jembatan yang sering banget dihancurkan di film-film, termasuk oleh Death Eaters di film Harry Potter and the Half-Blood Prince.
Pas banget, dermaga yang paling dekat dengan Millennium Bridge ada di depan Shakespeare's Globe, tapi tentu sedang tidak ada pertunjukkn saat itu. Jadi kami cuma intip-intip sebentar saja. Tepat di tepi Millenium Bridge, di depan Tate Modern, sedang ada Christmas Market. Jadi kami keliling dulu di situ, beli suvenir, jajan cinnamon rolls dan hot cider. Ada macam-macam pedagang di sana, termasuk pedagang chestnut panggang yang mengingatkan saya pada cerita Enid Blyton atau Erich Kastner. Oh tentunya juga ingat si Aweng, yang suka banget makan chestnut.
Lalu kami mengebrangi Millennium Bridge, yang view-nya cakep banget. Kebayang kalau langit cerah St. Paul's Cathedral yang ada di sisi utara jembatan pasti kelihatan makin keren. Dari sana karena kami gak ada tujuan pasti, akhirnya kami memutuskan untuk menutup hari di Covent Garden, yang memang belum pernah kami kunjungi. Covent Garden di musim natal tentunya penuh dekorasi. Favorit saya adalah mistletoe raksasa yang menghiasi langit-langit Covent Garden Market.
Kendala jalan-jalan di musim dingin memang langit yang lama terangnya di pagi hari dan cepat gelap di sore hari. Akibatnya kami jadi berangkat keluar rumah lebih siang dan kembali lebih cepat, karena mood yang kalau sudah gelap jadi pengen buru-buru pulang. Tapi setiap belokan tak terencana yang kami ambil selama menjelajah London selalu menawarkan hal-hal menarik, meski langit sudah gelap. Seven Dials yang gak sengaja dikunjungi, toko buku di Soho yang bulak-balik sengaja dikunjungi, Camden Town & Notting Hill yang direncanakan dan Hyde Park Winter Wonderland yang tak terencana. Dingin sekaligus hangat. ;)